SI KUMBANG YANG NYENTRIK

Ciptutat, SerpongKita.com- Jangan disangka sepeda usang cuma dimasukan kedalam gudang. Lihat saja, pengemar sepeda Low Rider ini. Tidak hanya, orang tua saja yang mengemari sepeda onthel, anak-anak muda sekarang terbius dengan jenis sepeda mini kumbang yang sempat ngetrend di era 1970-an itu. Bahkan, sepeda kumbang ini mulai diagungkan sebagai life style anak muda sekarang. Karena, ujung-ujungnya ada hubungannya dengan kehidupan musik Punk. Asyik lagi, Low Rider sebagai hasil kreatifitas seni tinggi dan menjadi transportasi yang enak untuk dikendarai sendirian maupun bareng-bareng diatas aspal. Alasannya, simpel sepeda ini nyentrik dan xtreme.
Koordinator JSLR Haris Wirawan mengaku, terbentuk pada 6 juni 2006. Tiap minggu pagi di akhir bulan digelar kegiatan nongkrong bareng bersama anggota JSLR di Senayan dari jam 07.00 hingga jam 08.00 WIB. Hingga kini anggotanya JSLR mencapai 500 tersebar di Jakarta dan Tangerang. Komunitas ini terkadang diajak berpartisipasi di properti dalam berbagai kegiatan komersial, antara lain Anugrah Musik Indonesia. Komunitas ini juga pernah mengadakan kegiatan silaturahmi sesama pencinta sepeda LR, dengan menggelar kontes, slalom, drag race, dan slow rider. “Di Jakarta biasanya nongkrongnya di Kiai Ahmad Dahlan. Sementara anggota JSLR di Tangerang biasa nongkrong di Perum II,” ucap Haris yang juga koordinator Lori Chapter Tanah Kusir Bendi dan sekitarnya, ketika ditemui di Karang Tingal, Ciputat, Tangerang.
Sepeda model Low Rider layaknya sepeda motor Chopper Harley Davidson
Nenek moyang sepeda Low Ride melecut pertama kali di era tahun 1960-an. The Custom King George Barris dari Amerika Serikat merupakan yang memperkenalkan sepeda. Keunikan dari sepeda tersebut yang membuat pabrik sepeda SCHWIIN pada tahun 1963 untuk pertama kalinya mengeluarkan model revolusi baru “New Cruiser STING RAY”. Sangking antiknya, sepeda itu dikemas dan mengacu pada model motor model dragster yang booming ketika itu. “Dengan stang tinggi dan lebar dan model antik dan asyik. Low Rider nyentik untuk dikendarai,” beber Haris.
Diungkapkan Haris, masuknya Low Rider ke Indonesia sendiri pada era tahun 1970-an. Ketika itu, Low Rider merk Scwiin yang pertama kali membumi di Nusantara. Umumnya, Low Rider seperti sepeda biasa buatan orisinil dari negara Om Sam dan Meksiko, misalnya merek Schwinn, Western Flyer, Giant, Phoenix dan lainnya. Keunikan dari sepeda jenis ini berdiameter roda 20 inci, 24 inci, ada juga 26 inci. Sepeda ini dikemas dengan fork di buat spring fork trus dikasih tambahan spion. Extreme frame sepeda ini dibuat agak ceper alias lebih pendek. Terkadang untuk kelihatan lebih nyentrik pemilik sepeda itu, memodifikasi dengan memendekkan sepeda itu lebih bogel,” ucapnya.
Kata Haris, model Low Rider memiliki sejumlah variasi. Contohnya, sock depan yang berupa sock springer atau dibuat centang (melengkung) ke depan hingga kesan ekstrem muncul, mirip sepeda motor Chopper Harley Davidson di Amerika. Sementara, stang depan dibuat layaknya seperti tangan orang utan, melebar. Nah, soal harga sambung Haris, yang telah belum dijamah alias perawan dihargai Rp 1 juta rupiah. Ketika dimodif minimal Rp 3 juta hingga Rp 12 juta. “Makin mahal sepeda yang diutak-atik agar lebih bergaya, butuh kocek tinggi,” jelas Haris.”Tidak sekedar mencintai, pemilik dari sepeda kumbang mengiginkan agar komunitas ini tetap eksis,” ujar Haris.
Sementara, Aming salah seorang teknisi worksop (bengkel, red) JSLR mengatakan. Tidak begitu rumit untuk mendadani sepeda LR ini. Kebanyakan asesoris sepeda LR ini berasal impor dari luar negeri dan dalam negeri. “Kalau untuk harga spion impor harganya bisa berkisar Rp 450 ribu hingga Rp 600 ribu. Bahkan ada harga pentil sepeda yang harganya bisa mencapai Rp 150 ribu, karena pentilnya berbagai macam model. Ada yang model logo indipenden,” katanya. Jakarta Street Low Rider (JSLR)

Posting Lebih Baru Posting Lama

Leave a Reply