April 2012

Sepeda Fixie


Ciri khas lainnya dari sepeda Fixie selain tidak adanya rem, juga tanpa gear dinamis belakang. Semua dibuat fix, roda berputar maka pedal ikut berputar. Mengerem sepeda Fixie hanya mengandalkan kekuatan pedal dengan menahan laju atau mendorong pedal ke belakang serta dibantu dari roda depan. Selain itu pula Ban sepeda Fixie juga tipis, sehingga ringan ketika di genjot. dan yang lain menarik pada bagian stang. Dimana stang atau handlebar sepeda Fixie dibuat dengan tegak lurus. Minimalis disain menjadi ciri sepeda single speed ini.

LOW RIDER

SEJUMLAH sepeda berbentuk unik berjejer di pelataran aspal. Keunikan itu terlihat dari bentuk dan struktur frame, setang, sandaran, hingga joknya. Tak pelak lagi, sepeda bukan sekadar alat olah raga atau alat transportasi semata, namun bisa juga untuk bergaya.
Itulah pemandangan yang terlihat di sekitar Balai Kota Bandung setiap Minggu pagi. Sekelompok anak muda yang meminati sepeda jenis low rider biasa berkumpul di sana, untuk bersilaturahmi, sharing modifikasi sepeda, atau sekadar mengayuh sepedanya mengitari Balai Kota. Kenal lebih dekat, yuk!
Dituturkan salah seorang pegiatnya, Sapto Aji yang akrab disapa Aji, mereka yang kerap berkumpul tersebut berasal dari berbagai komunitas low rider di Bandung, Lembang, hingga Banjaran. Tercatat ada Slow Rider, Pedal Power, Luxurious, Rollerz, Highlander, dsb. Tongkrongan di Balai Kota itu bermula dari berdirinya komunitas Cruisers Van Java yang diinisiasi antara lain oleh Ade Dewanto dan Rinaldy, sekitar akhir tahun 2006. Cruisers Van Java yang kemudian berganti nama menjadi Flower City Rider itu sempat meraup cukup banyak peminat low rider di Bandung hingga belakangan kegiatan organisasinya meredup sebab para pegiatnya diterpa beragam kesibukan.
“Sekarang mau diaktifin lagi, soalnya sayang kan udah ada tempatnya. Untuk sementara belum pakai nama khusus lagi, jadinya siapa aja dan dari komunitas mana aja bisa gabung karena sifatnya cair,” kata Aji ketika ditemui Kampus, Minggu (24/8).
Istilah low rider sendiri muncul sebab pengendara sepeda ini duduk di sadel yang lebih rendah atau ceper dibandingkan dengan sepeda lain. Omong-omong tentang ciri khas sepeda low rider, biasanya terdiri atas fork depan springer model bengkok (bent springer fork), setang model menggantung (apehanger handlebar), rangka model pelangi (rainbow bent frame), jok pisang (banana seat), dan besi sandaran jok (sissy bar), sementara yang lainnya bisa dikostumisasi lagi.
Dengan tujuan bersenang-senang dan semakin memopulerkan keberadaan sepeda low rider, Aji kerap menggelar jalan-jalan keliling kota pada malam hari (night riding) setiap hari Kamis, mulai dari Gedung Merdeka hingga sekitar Jalan Dago. “Tujuannya untuk mengenalkan sepeda low rider pada masyarakat, sekalian wisata kuliner malam hari,” kata Aji sambil terkekeh.
Joey dari Luxurious, menceritakan ketertarikannya pada sepeda low rider dimulai sejak tahun 1994, berkat video-video klip yang memperlihatkan betapa kerennya mobil dan sepeda low rider. “Kalau mobil kan enggak kuat membiayainya, makanya pilih sepeda aja,” kata Joey seraya tertawa. Latar belakang menggemari sepeda low rider memang bermacam-macam. Contohnya Aji yang berasal dari R2 Racing Team, komunitas penggemar motor dan mobil balap. “Memang dasarnya senang modifikasi. Habis mobil, motor, ya terus sepeda deh,” kata Aji.
Para pesepeda low rider memang tidak menganggap sepedanya sekadar sebagai alat transportasi, namun juga sebuah karya seni. “Kita bisa mengekspresikan diri melalui tiap detail modifikasi, pokoknya serulah,” ucap Aji yang juga kerap ikut lomba kreasi sepeda low rider. Menurut dia, keikutsertaan dalam kontes-kontes tersebut merangsang ia dan kawan-kawannya berpikir keras membuat kreasi terbaru.
Salah satu sepeda low rider milik Aji yang berjenis chopper, dipasangi roda berukuran sangat besar yang biasa digunakan mobil arena balap hingga membuat bentuknya menjadi unik. Aji sendiri memiliki belasan sepeda low rider dengan biaya modifikasi mulai dari Rp 2 juta hingga puluhan juta rupiah. Modifikasi itu tak jarang butuh merogoh kocek dalam-dalam, namun itu bukan masalah dibandingkan dengan kesenangan proses merakit sepeda idaman.
“Modifikasinya memang bisa macam-macam. Ada yang menghias bondo (tangki)-nya pakai airbrush, setangnya dibuat melingkar (twist), bahkan ada yang jari-jarinya dilapisi emas hingga 18 karat (gold plate)! Tapi bisa juga dibuat lebih murah dengan merakit sendiri,” ujar Joey.
Kegemaran sepeda gaya ini ternyata dijadikan pula sebagai salah satu kampanye pengurangan jumlah kendaraan bermotor. “Saya ada kendaraan lain, tapi kadang lebih enak pakai sepeda. Hemat energi dan ramah lingkungan,” kata Joey. “Ke depannya semoga komunitas low rider bisa lebih solid menjalin kebersamaan dan ikut mempromosikan gaya hidup sebagai environmentalist,” ujar Aji menuturkan harapannya. So, let’s roll the bike and rock the street!

Sepeda

Sepeda


Mengayunkan sepeda akan menyehatkan. Di tengah udara yang sejuk, saat kita berkeringat, akan membuat diri terasa bugar. Alat transportasi roda dua yang ramah lingkungan ini memang digemari oleh semua usia. Selain penggunaannya yang mudah, sepeda juga banyak diminati karena tidak memerlukan bahan bakar alias hemat BBM. Tapi tahukah Anda, siapa orang pertama yang menggagas sepeda?

Pada tahun 1818, Baron Karls Drais vin Sauerbronn, warga negara Jerman menginginkan alat transportasi yang mudah bagi dirinya untuk menunjang efisiensi kerja sebagai kepala pengawas hutan. Maklum saja, kerena profesinya itu, Baron butuh alat transportasi bermobilitas tinggi. Kemudian, ia pun berinovasi membuat alat transportasi roda dua gabungan antara sepeda dan kereta kuda. Karena bentuk yang demikian, banyak orang menyebutnya dandy horse. Ia sendiri menyebutnya sebagai Velocipede.

Kemudian pada tahun 1839, Krikpatric MacMillan seorang pandai besi menyempurnakan velocipede dengan membuat mesin khusus untuk sepeda yang merupakan pendorong untuk mengaktifkan engkol melalui gerakan untuk mengayuh pedal. Kemudian engkol tersebut digabungkan dengan setang sederhana. Dari tahun ke tahun penyempurnaan sepeda kian berkembang. Salah satunya seperti yang ditemukan oleh Pierre Lallement. Ia membuat lingkaran besi di sekeliling roda yang kini dikenal dengan nama pelek.

Pada tahun 1885, sebuah pabrik sepeda pertama di Coventry didirikan oleh James Starley. Dan sejak saat inilah sepeda semakin dikenal oleh masyarakat. Meski begitu sebenarnya sepeda diperkirakan berasal dari Prancis sejak awal abad ke 18. Alat transportasi ini merujuk pada rancang bangun kendaraan roda dua.

Penemuan-penemuan lainnya menambah daya tarik sepeda seperti rantai maupun setang yang dapat digerakkan. Kini sepeda memiliki beragam jenis seperti sepeda roda tiga, sepeda mini, sepeda balap, sepeda gunung, hingga sepeda elektrik. Apa yang Anda pilih?

Postingan Lebih Baru